Tidak terasa air mata menetes tiba-tiba menyaksikan berita tentang perkembangan perundingan di konfrensi World Trade Organization (WTO) di Bali..
Bagaimana mungkin WTO bisa melarang kita untuk memberikan subsidi pertanian yg besar utk petani2 kita, smentara negara2 maju diizinkan utk mensubsidi sektor pertaniannya secara bebas. Selama ini AS mensubsidi petaninya senilai Rp 1.100 T, UE Rp 1.300 T dan RI hanya Rp 140 T, sedang india sekitar Rp 200-an T.
Selama ini produk pertanian kita gagal bersaing di pasar (baik pasar domestik maupun global) bukan karena kualitasnya yg buruk, tp karena harganya tinggi. Harga produk pertanian kita tinggi karena biaya produksinya tinggi, sebab subsidi pemerintah utk sektor pertanian kecil. Harga produk pertanian negara maju lebih murah karena subsidi pemerintahnya besar.
Perundingan WTO di bali bertujuan utk menciptakan perdagangan global yg berimbang.
Oleh karenanya negara2 berkembang datang ke bali utk mmperjuangkan agar WTO mengizinkan negara berkembang utk menaikkan subsidi pertaniannya menjadi 15%. Tapi negara2 maju menghalangi keinginan negara berkembang itu.
India memimpin negara2 berkembang utk menolak ketidakadilan sistem perdagangan dunia itu.
Anehnya, Indonesia yg negara agraris ini justru mendukung paket kebijakan yg dibawa negara2 maju utk menghalangi niat negara berkembang meningkatkan subsidi pertaniannya.
Sebagai tuan rumah, Indonesia harusnya memanfaatkan posisi itu utk memperjuangkan kepentingan nasional yg juga menjadi kepentingan negara2 berkembang lainnya, bukn justru menjadi pengekor atau bahkan budak bagi negara-negara maju yg ingin mempertahankan hegemoni penindasan ekonominya atas negara2 berkembang.
Sikap indonesia yg mendukung negara2 maju itu sama artinya dgn membunuh petani lokal dan mengancam kedaulatan pangan nasional. Kita benar2 berada dlm jebakan negara maju utk menciptakan krisis pangan di masa depan.
Benarkah ekonomi kita sudah merdeka??