Tuesday 13 January 2015

IRONI MAYORITAS; TOLERANSI STANDAR GANDA

(ditulis bulan Agustus 2014)
Beginilah Kita di 69 Tahun Usia Kemerdekaan Kita.

di bogor, tepatnya di komplek Taman Yasmin, warga menolak pembangunan gereja karena dianggap memalsukan tnda tangan perestuan warga. akibatnya slama bertahun2, warga bogor diserang media dgn pernyataan intoleran, anti HAM, merampas kebebasan beribadah org lain, dan stigma2 negatif lainnya. bayangkan, masalah yg hanya di komplek yasmin itu mnjadi berita nasional yg terus dibesar2kan.

tapi di bali, masyarakat turun aksi ke jalan2 utama kota utk memprotes penggunaan jilbab di hypermart, menolak pngembangan bank syari'ah, menggagalkan pembangunan mushalla, melakukan kampanye negatif thd warung2 berlebel halal, dan kita saksikan, tak ada satupun media nasional mainstrem yg memberitakannya. yg ada, masyarakat bali justru dianggap memegang teguh kearifan lokalnya.

lalu lihatlah fenomena lain. ketika ada diantara ummat islam yg menyuarakan penolakan thd komunitas LGBT, media mainstrem ramai2 mengatakan bahwa tidak seharusnya kita mengatur urusan pribadi org lain. bahkan pemerintah didesak utk melegalkan LGBT karena alasan HAM. "negara tidak boleh mengatur kehidupan pribadi org, negara hanya harus mengatur kehidupan kebersamaan kita sbg bangsa", bgitu argumennya.

tapi coba lihat ketika ada ustad yg poligami, media dan org2 anti islam itu mengatakan "pemerintah harus membuat aturan yg melarang poligami karena poligami itu merendahkan kaum wanita". bukankah poligami juga merupakan urusan pribadi kawan??

ahh sudahlah, beginilah bangsaku. maafkan kami INDONESIA, kami telah gagal memaknai semangat bhineka tunggal ika.

DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA
Jayalah Bangsaku... !!!

No comments: